Orideknews.com, Manokwari, – Sebagai komoditas pangan, tanaman sagu belum dilirik menjadi sumber diversifikasi lantaran minimnya olahan yang hingga kini masih diolah secara tradisional. Karena itu, dibutuhkan ide baru dari petani milenial untuk bisa meningkatkan (upgrade) pengolahan tradisional sagu.
Di Tanah Papua, masyarakatnya ternyata memiliki roti khas yang disebut Sagu Lempeng yang diolah dari tanaman sagu. Biasanya masyarakat menikmati sagu lempeng dengan teh atau kopi. Sagu lempeng berarti olahan sagu yang berbentuk lempengan-lempengan. Selain di Papua dan Papua Barat, sagu lempeng dapat ditemukan juga di provinsi lain yaitu Maluku, Riau, dan Kalimantan.
Namun hingga sekarang, pengolahan sagu lempeng ini dilakukan secara sederhana yaitu menggunakan campuran sagu basah sehingga hasilnya, permukaan sagu nampak kasar. Inilah yang menggerakkan calon petani milenial asal Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, Sudirja Sudin dibawah bimbingan Dosen Y. Yan Makabori yang kreatif melakukan penyuluhan agar tekstur dan warna sagu lempeng lebih baik.
Putra daerah Ternate, Halmahera Timur, Maluku Utara ini menggunakan perbandingan sagu basah dan sagu kering sebanyak satu banding satu, sehingga permukaan sagu lempeng yang nampak kasar tidak terlihat lagi. “Teknik ini sebenarnya warisan leluhur dari Ternate dan saya coba bakukan menjadi teknik ilmiah. Dan saya suluhkan kepada pengrajin olahan sagu lempeng, hasilnya nampak halus dan lembut,” jelasnya ketika mendampingi kegiatan pengrajin sagu lempeng di Kelurahan Sanggeng, Manokwari, Papua Barat, Senin (03/05) di Kelurahan Sanggeng, Manokwari, Papua Barat.
Upaya yang dilakukan oleh Sudirja ini merupakan wujud nyata yang dilakukan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan untuk melakukan penyuluhan peningktan kualitas pengolahan sagu tradisional.
Apresiasi pun datang dari Direktur Polbangtan Manokwari, Purwanta. Menurutnya, upaya yang dilakukan Sudirja ini menjadi upaya untuk mengembalikan sagu sebagai pangan lokal di Papua Barat. Meskipun hingga sekarang, pohon Sagu di Manokwari hampir tidak ada. Para pengerajin mendatagkan sagu yang bersal dari Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat.
“Sudirja salah satu calon petani milenial yang dapat memadukan pola tradisional dengan khasanah keilmuan. Selain Sudirja, tentunya masih banyak lagi generasi tani milenial yang memiliki trobosan sehingga ketahananpangan dapat makin kokoh berkat dukungan para Petani Milenial,” harapnya.
Harapan ketahanan pangan agar tetap kokoh, menjadi sebuah keniscayaan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendongkrak ketahanan pangan salah satunya dengan mengkampanyekan Gerakan Diversifikasi Pangan. “Gerakan ini digelar sebagai upaya untuk mendorong ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman,” sebut Menteri SYL.
Komoditi pangan yang dibidik dalam gerakan ini melalui komoditi pangan lokal, salah satunya dengan pengembangan komoditi sagu. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengajak petani, penyuluh, dan petani milenial untuk mendukung Gerakan Diversifikasi Pangan. “Caranya dengan menyediakan pangan yang berasal dari pertani lokal ditiap-tiap daerah,” ujar Kepala BPPSDMP. (RR/ON)