Orideknews.com, MANOKWARI, – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa pertanian merupakan sektor penopang perekonomian nasional, sehingga berbagai terobosan seperti menggabungkan pertanian dengan sektor lain perlu dikembangkan, seperti menggabungkan sektor pertanian dengan pariwisata.
Seperti yang dilakukan oleh salah satu alumni Polbangtan Manokwari, Barto Inden yang mencoba membangun pertanian modern berkonsep ekowisata di kampung halamannya. Di wilayah pegunungan Arfak Papua Barat, Barto telah sukses membudidayaan tanaman kopi, hortikultura hingga peternakan ayam potong.
Meskipun dikembangkan di lahan yang tidak begitu luas, Mentan mengatakan agrowisata bisa menjadi pilihan masyarakat untuk berwisata dan awal untuk membangun pusat perekonomian yang luas dari sektor pertanian.
“Ini tidak mengganggu komoditi yang kita tanam, bahkan ini akan menjadi bagian yang mengenergi, merangsang masyarakat untuk terus melakukan upaya yang ada agar pertanian sesempit apapun sebenarnya bisa kita lipatgandakan pendapatan masyarakat setempat khususnya generasi muda,” jelas Mentan.
Masih menurut Mentan kawasan dapat menjadi pilihan menarik bagi para anak muda untuk mempelajari dunia pertanian, sehingga berawal dari wisata ini akan semakin banyak kaum milenial atau masyarakat yang tertarik dengan sektor pertanian, bahkan menjadi kantong perekonomian baru yang mensejahterakan masyarakat.
Saat ditemui dilokasi usahanya, Barto menceritakan walaupun usaha yang dijalankan belum lama, akan tetapi ia sudah bisa berpenghasilan 15 hingga 20 juta perbulan. Tinggal didaerah yang belum terjamah dengan teknologi modern, Barto dengan bekal ilmu pengetahuan yang didapat di bangku kuliah memiliki keinginan penuh untuk membangun pertanian modern dengan menggunakan sistem ekowisata.
“Saya ingin membuat ekowisata seperti yang ada di pulau jawa. Sebagai anak Papua dan penduduk Asli Pegunungan Arfak saya ingin terus mengembangkan sektor pertanian modern di kampung halaman saya.Ekowisata nantinya dapat menjadi tempat pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal dan menjadi wadah pembelajaran tentang dunia pertanian,” tambahnya.
Barto pun berharap para generasi muda dapat memiliki motivasi untuk menjadi petani dan wirausaha dengan menjadikan bertani sebagai gaya hidup. Karena pertanian merupakan tradisi sehingga tidak perlu malu untuk melakukannya.
Terpilih menjadi salah seorang dari ribuan Duta Petani Milenial (DPM)/Duta Petani Andalan (DPA) Kementerian Pertanian RI tak menjadikannya lekas berpuas hati. Bersama dengan Polbangtan Manokwari, Barto mengembangkan kemitraan dengan Dinas Pertanian Pegunungan Arfak, LSM Bentara Papua serta Papua Muda Inspiratif Papua Barat.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menjelaskan, DPM dan DPA menjadi investasi jangka panjang. “Kelestarian dan kemajuan pertanian menjadi isu yang harus dijawab tuntas. Peran DPM dan DPA harus didorong maksimal.
“Mereka itu bisa diibaratkan investasi jangka panjang. Jaminan untuk kelangsungan pertanian bahkan kehidupan manusia. Hadirnya petani milenial yang menerapkan pertanian modern diharapkan dapat peningkatkan produktivitas yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga hingga ekspor. Bila ini semua dapat terwujud, tidak mustahil swasembada pangan dapat kita capai dan pada akhirnya kesejahteraan petani pun kita capai,” ujar Dedi. (RR/ON)
